Labels

Saturday 26 October 2013

I'm A Scolioser

Bismillah...

Udah lama gak ngeblog karena fokus di kelas 12 jadi kangen :P

Kali ini, aku mau cerita tentang sebuah 'penyakit' (baca: kelainan) tulang belakang yang bernama skoliosis. Sebelumnya, kalian tahu skoliosis?

Skoliosis merupakan kelainan tulang atau biasa disebut kecacatan di tulang belakang. Kecacatan yang dimaksud disini adalah melengkungnya tulang belakang ke arah samping (bisa kiri atau kanan). Biasanya skoliosis dialami oleh wanita, terutama saat usia remaja. (aku didiagnosa dokter saat umur 13 tahun)

Kata dokter, Skoliosis disebabkan oleh faktor keturunan, kecelakaan (inget Leeteuk SJ yang mengalami skoliosis karena insiden kecelakaan tahun 2007?) dan masih banyak yang belum diketahui asal muasalnya kelainan tulang ini. Namun, skoliosis yang ku alami disebabkan karena jatuh berkali-kali dan kebiasaan duduk yang enggak benar.

Kurva kelengkungan skoliosis beragam. Ada yang masih di level rendah, yaitu sekitar 1-20 derajat. Skoliosis ini hanya membutuhkan pencegahan dengan menggunakan brace dan terapi untuk meluruskan tubuh, agar tulang bisa sedikit tertarik/lurus.  Menengah, yaitu sekitar 20-50 derajat. Skoliosis pada derajat ini membutuhkan penanganan khusus sedikit melebihi derajat sebelumnya. Hanya pakai brace/penyangga tulang dan terapi. Dan yang lebih parah pada derajat 50 ke atas. Aku termasuk ke dalam jenis ini mengingat kelengkungan tulang belakangku divonis dokter sebesar 55 derajat. Pada tingkat yang parah ini, pengidap skoliosis (scolioser) disarankan untuk memakai brace untuk pencegahan lebih lanjut dan operasi tulang belakang oleh dokter. Bisa kalian bayangkan, bagaimana kalau tulang dioperasi?

Alhamdulillah, aku tidak pernah memakai brace (aku menyebutnya baju besi) untuk tulangku. Alasannya: waktu itu aku melihat seorang scolioser yang kebetulan sedang mencoba memakai brace. Kau tahu? Aku yakin dia sesak dan tidak bebas saat memakainya. Aku juga tidak pernah mau untuk dioperasi tulang yang masih menurut dokter juga, tidak menjamin tulang akan lurus seperti semula.

Karena tidak percaya medis, akhirnya aku berobat alternatif dengan meminum obat herbal dan diurut tulang belakang. Rasanya diurut pada bagian punggung dan tulang belakang itu.... SAKIT bukan main. Apalagi saat pertama kali di urut. Walau hanya beberapa menit (enggak sampai 5 menit, padahal) tapi itu serasa tulangku patah. Wajar, karena kata yang mengurutnya aku enggak punya sumsum dan kekurangan kalsium.

Setelah tiga tahunan berobat alternatif, ada beberapa perubahan padaku dan tulang belakangku (pastinya). Dulu, aku yang sering lelah padahal enggak terlalu capek beraktivitas, sekarang aku bisa merasakan tubuhku bugar dan sehat.
Dulu aku orang yang tidak bisa melakukan apa-apa, sekarang aku bisa melakukan yang seharusnya aku kerjakan (walau itu terkadang menghambat gerakku).
Dulu aku enggak bisa mengendari motor sendiri, sekarang aku mampu mengendarai motorku sendiri.

Tadinya...aku malu dan marah pada Tuhan yang memberiku skoliosis.
Tadinya...aku enggak PD dan sering minder karena orang selalu memperhatikan jalanku yang tidak tegak seperti seharusnya.
Tadinya...aku selalu berkeluh kesah dan selalu pesimistis karena kelainan tulangbelakangku.
Tapi itu tadinya, tadinya sebelum aku tahu bahwa aku tidak sendirian di sini.
Aku tahu bahwa masih banyak scolioser di Indonesia seperti artis Allysa Soebandono dan penulis novel 'Waktu Aku sama Mika', Kak Indi.
Aku tahu bahwa skoliosis bukan penyakit melainkan anugrah dari Allah.
Aku tahu... aku seorang scolioser dan aku bangga dengan keistimewaan yang diberikan Allah untukku. :D

#I'm a scolioser and I'm proud!

A-I