Tadinya FlashFiction ini pengen aku jadiin cerpen. Tapi bingung ngelanjutinnya gimana. Jadi dihentiin aja sampai sini.Happy reading! ^^
“Aku
mencintaimu, Rafty,” suara itu memang terdengar pelan tapi sangat keras dan
langsung menikam jantungku. Tak terbayangkan bagaimana kagetnya aku saat Diaz
menyatakan perasaannya padaku. Aku
memang menyukai Diaz, temanku yang selalu ada dalam keadaan apapun. Tapi
kukira, dia tidak memiliki rasa untukku. Makanya waktu Ryan menyatakan cintanya
untukku, langsung kuterima cintanya. Sekarang, tanpa alasan apapun, dia datang
menemuiku dan langsung bilang, ‘Aku
mencintaimu....’ Aku
diam menatap matanya lalu menunduk menyembunyikan mukaku. Diapun bisu dalam
beberapa menit, menungguku mengeluarkan kata-kata yang sangat diinginkannya.
Oh, petaka! Mengapa baru sekarang dia menyatakannya? Mengapa tidak dari dulu
sebelum aku sama Ryan? Dan mengapa penyesalan selalu datangnya terlambat? “Rafty...”
suara Diaz yang menggantung memecahkan keheningan diantara kami. Aku
kembali mengangkat mukaku. Mata kamipun bertabrakkan. “Maafkan
aku, Diaz. Aku tak bisa,” kataku sambil menangis.
“Tapi
kenapa? Apakah kamu tak mencintaiku?” Dengan
mata yang berlinang air mata aku menatapnya dan saat itupun aku membisu. “Jawab
Ty!” “Aku..
Aku.. Aku.... Bukan aku tidak mencintaimu. Tapi....” “Tapi
apa? ” Tanpa
kujawab semua pertanyaannya, aku langsung pergi meninggalkan Diaz sendiri. Diaz
hanya dapat menoleh ke belakangnya, arah dimana aku meninggalkan Diaz seorang
diri. Dengan wajah tak bersalah ia langsung mengejarku dan meminta alasan
mengapa aku pergi begitu saja meninggalkannya.
“Aku
mohon, jawab aku” dengan nada melas.
“Aku..
” “Katakan..
apakah kamu mencintaiku?” Aku
hanya tertunduk dan menimbun air mata yang sudah berada di ujung kelopak
mataku. Suasana menjadi hening dalam sekejap. Akupun mulai menggerakkan bibirku
dengan berat hati aku menjawab.
“Tidak.” Dengan suara yang agak pelan. Diaz menghela nafas panjang. Mungkin karena jawaban yang ia harapkan tidak ia dapatkan. Tapi apa daya, aku telah bersama Ryan tak mungkin aku memutuskan hubunganku dengan Ryan dan berpacaran dengan Diaz. Disela-sela keheningan itu, Diaz berusaha memastikan jawabanku dan mencoba memecahkan keheningan, “ Jika kamu tidak mencintaiku, tatap mataku dan katakan AKU TIDAK MENCINTAIMU”.Aku langsung tersentak dan mencoba berfikir apa yang harus kulakukan. Dengan helaan napas aku mengankat wajahku ke arahnya. Aku mencoba mendalami tatapan matanya. Mencoba memahami perasaannya lewat matanya. Mencoba merubah semuanya yang sudah terjadi. Dan aku putuskan aku mengikuti sarannya. Mataku yang masih berkaca-kaca berusaha menatapnya seraya berkata, “Aku... Aku... Aku.. Aku tidak mencintaimu dan tak akan pernah mencintamu. Puas? Dan sekarang tolong persilahkan aku pergi!” “Baiklah..” kata Diaz dengan nada yang pasrah dan tak berdaya.
Aku berbalik dan meninggalkannya. Air mata ini terus mengalir. Diaz maafkan aku. Perlulah kau tahu, aku sangat mencintaimu. Tuhan, mengapa penyesalan ini selalu datang terakhir? jerit hatiku.Suara dentuman keras membuatku kaget. Suara itu berasal tidak jauh dari tempatku berbicara dengan Diaz tadi. Akupun berbalik. Ketika aku melihat siapa korbannya, akupun menjerit sejadi-jadinya.
A-I
No comments:
Post a Comment