Labels

Tuesday 16 April 2013

Penyesalan


   Tadinya FlashFiction ini pengen aku jadiin cerpen. Tapi bingung ngelanjutinnya gimana. Jadi dihentiin aja sampai sini.Happy reading! ^^


   “Aku mencintaimu, Rafty,” suara itu memang terdengar pelan tapi sangat keras dan langsung menikam jantungku. Tak terbayangkan bagaimana kagetnya aku saat Diaz menyatakan perasaannya padaku.   Aku memang menyukai Diaz, temanku yang selalu ada dalam keadaan apapun. Tapi kukira, dia tidak memiliki rasa untukku. Makanya waktu Ryan menyatakan cintanya untukku, langsung kuterima cintanya. Sekarang, tanpa alasan apapun, dia datang menemuiku dan langsung bilang, ‘Aku mencintaimu....’   Aku diam menatap matanya lalu menunduk menyembunyikan mukaku. Diapun bisu dalam beberapa menit, menungguku mengeluarkan kata-kata yang sangat diinginkannya. Oh, petaka! Mengapa baru sekarang dia menyatakannya? Mengapa tidak dari dulu sebelum aku sama Ryan? Dan mengapa penyesalan selalu datangnya terlambat?   “Rafty...” suara Diaz yang menggantung memecahkan keheningan diantara kami.   Aku kembali mengangkat mukaku. Mata kamipun bertabrakkan.   “Maafkan aku, Diaz. Aku tak bisa,” kataku sambil menangis.
   “Tapi kenapa? Apakah kamu tak mencintaiku?”   Dengan mata yang berlinang air mata aku menatapnya dan saat itupun aku membisu.   “Jawab Ty!”   “Aku.. Aku.. Aku.... Bukan aku tidak mencintaimu. Tapi....”   “Tapi apa? ”   Tanpa kujawab semua pertanyaannya, aku langsung pergi meninggalkan Diaz sendiri. Diaz hanya dapat menoleh ke belakangnya, arah dimana aku meninggalkan Diaz seorang diri. Dengan wajah tak bersalah ia langsung mengejarku dan meminta alasan mengapa aku pergi begitu saja meninggalkannya.
   “Aku mohon, jawab aku” dengan nada melas.
   “Aku.. ”   “Katakan.. apakah kamu mencintaiku?”   Aku hanya tertunduk dan menimbun air mata yang sudah berada di ujung kelopak mataku. Suasana menjadi hening dalam sekejap. Akupun mulai menggerakkan bibirku dengan berat hati aku menjawab. 

  “Tidak.” Dengan suara yang agak pelan.   Diaz menghela nafas panjang. Mungkin karena jawaban yang ia harapkan tidak ia dapatkan. Tapi apa daya, aku telah bersama Ryan tak mungkin aku memutuskan hubunganku dengan Ryan dan berpacaran dengan Diaz.   Disela-sela keheningan itu, Diaz berusaha memastikan jawabanku dan mencoba memecahkan keheningan, “ Jika kamu tidak mencintaiku, tatap mataku dan katakan AKU TIDAK MENCINTAIMU”.Aku langsung tersentak dan mencoba berfikir apa yang harus kulakukan. Dengan helaan napas aku mengankat wajahku ke arahnya. Aku mencoba mendalami tatapan matanya. Mencoba memahami perasaannya lewat matanya. Mencoba merubah semuanya yang sudah terjadi. Dan aku putuskan aku mengikuti sarannya. Mataku yang masih berkaca-kaca berusaha menatapnya seraya berkata, “Aku... Aku... Aku.. Aku tidak mencintaimu dan tak akan pernah mencintamu. Puas? Dan sekarang tolong persilahkan aku pergi!”   “Baiklah..” kata Diaz dengan nada yang pasrah dan tak berdaya.

   Aku berbalik dan meninggalkannya. Air mata ini terus mengalir. Diaz maafkan aku. Perlulah kau tahu, aku sangat mencintaimu. Tuhan, mengapa penyesalan ini selalu datang terakhir? jerit hatiku.Suara dentuman keras membuatku kaget. Suara itu berasal tidak jauh dari tempatku berbicara dengan Diaz tadi. Akupun berbalik. Ketika aku melihat siapa korbannya, akupun menjerit sejadi-jadinya.

A-I

No comments: