Labels

Wednesday 17 April 2013

Ujian Hidup adalah Kasih Sayang Allah

FF ini terinspirasi dari kisah nyataku dan kisah nyata salah seorang temanku yang sama-sama pengidap skoliosis.


Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Dia selalu menguji kita dengan ujian karena Allah tahu, kita adalah hamba-Nya yang paling kuat untuk melewati ujian tersebut. Dan ketika seorang hamba dinyatakan ‘LULUS’ ujian, maka di sinilah derajat manusia tersebut, Insya Allah akan ditinggikan oleh-Nya.
 

Aku dilahirkan 16 tahun lalu sebagai anak perempuan yang normal. Fisikku, Alhamdulillah sempurna dan tidak kurang dari satu apapun juga. Semenjak kecil sampai menginjak dewasa, aku benar-benar merasa hidupku sempurna. Tapi perasaan itu berubah ketika ku duduk di bangku SMP.
Aku berpikir picik yang menganggap Allah sangat tidak adil saat aku didiagnosa dokter ahli tulang dan saraf tulang belakang. Dokter bilang bahwa aku mengidap kelainan tulang belakang, skoliosis. Astagfirullah. Penyakit apa itu? Sungguh, itu adalah hal yang tidak pernah terduga dan terpikirkan olehku. Aku memang awam akan penyakit itu. Sedikit yang ku tahu mengenai skoliosis, yang berarti kelainan tulang belakang yang menyebabkan tulang itu melengkung ke samping, kiri atau kanan.
Aku drop. Aku merasa hidupku sudah tidak lama lagi. Kepesimisanku merubahku menjadi orang yang mudah menyerah dan selalu berkeluh kesah. Terlebih banyak orang yang mulai menilaiku karena kelainan yang ku derita. Setiap hari, ingin ku menangis sembari mengeluhkan penyakitku secara langsung ke Allah. Aku bertanya, ‘Ya Allah, apa maksud Engkau memberikan penyakit ini untukku?’ Pertanyaan yang ku lontarkan selalu sama, setiap malam sebelum ku tidur karena lelah menangis.
Syukurlah, aku masih memiliki orang tua yang mampu memberiku semangat dengan motivasi yang mereka berikan. Saat mendengarku menangis, ayahku selalu menasihatiku bahwa ujian ini hanya sementara. Jika dilewati dengan sungguh-sungguh dan percaya akan adanya keajaiban, Insya Allah, apa yang diharapkan akan terjadi. Aku mendengarnya seperti orang yang baru bangun dari mimpi buruk. Tidak berbeda dengan ayahku, ibuku juga melakukan hal yang sama. Hanya beliau lebih keras dan tegas untuk menyadarkanku dari kata ‘pesimis’.
Ayah dan ibuku lalu mencari pengobatan alternatif untuk kesembuhan tulang belakangku. Alhamdulillah, jalur alternatif itu cocok dan tidak seperti yang ku bayangkan. Dipikiranku waktu belum mengenal pengobatan alternatif adalah cara ‘tabib’ menangani pasiennya adalah dengan tehnik tusuk jarum dan ternyata baru ku tahu itu adalah pengobatan akupuntur.
Dan pengobatan ini bisa dibilang lebih mengenaskan daripada akupuntur. Seminggu sekali, aku harus menahan rasa sakit seperti ranting pohon yang ingin dipatahkan. Dengan optimis, aku percaya bahwa ini adalah proses pembentukkan diriku agar menjadi orang yang lebih ‘sempurna’. Setelah beberapa bulan terapi, diriku merasakan perubahan-perubahan yang baik.
Keajaiban memang benar adanya. Dia datang di saat yang tidak pernah ku duga. Setengah bulan lebih sehari hari berpuasa, aku mendapatkan sesuatu yang ganjil. Punggungku awalnya lebih besar sebelah kanan, karena dulu tulangku ‘ngumpet’ ke sebelah kanan, yang didiagnosa dokter tak bisa normal lagi, perlahan-lahan menyusut. Aku menyadarinya ketika sedang tidur-tidur ayan di kamar sambil membaca Shalawat Nabi. Malam itu adalah malam ke-17 bulan Ramadhan, malam diturunkannya Al-Qur’an, kitab suci umat Islam atau yang lebih sering didengar, malam Nuzulul Qur’an.
Aku teriak memanggil ayah dan ibu. Aku ceritakan semuanya kepada mereka. Ibu melihat dan memegang punggungku. Mereka mengucapkan syukur termasuk aku. Sungguh malam yang penuh berkah Allah, saat kitab suci Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW. Malam di mana aku percaya bahwa Allah memang sayang padaku. Malam di mana aku melupakan untuk selama-lamaya dan menjauhi sikap pesimisme.
Kini aku benar-benar yakin. Semua yang terjadi padaku itu adalah bentuk sayang Allah untukku. Semua yang sudah ku alami selama ini adalah proses Allah mengubahku menjadi manusia yang lebih baik lagi. Semua yang ku harapkan dan ku inginkan memang tidak pernah menjadi kenyataan. Namun, Allah tahu yang ku butuhkan bukan yang ku inginkan. Dengan bukti nyata, Allah memberiku anugrah ‘kekurangan’ dalam fisikku, tapi tidak untuk bidang akademisku.


Cerita nyata ini ada karena dari Surah Al Insyirah ayat ke-5 dan 6.

Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahwa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan, (Sekali lagi ditegaskan): bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan. (Q.S Al Insyirah:5-6)

No comments: